MEMBIASAKAN
PRILAKU TERPUJI
(ADIL,
RIDHA DAN AMAL SALEH)
A. Adil
Adil
adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada
pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada
aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali
terhadap Allah swt saja. Allah swt. berfirman dalam surat an-Nisa ayat 135 :
* $pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ uä!#ypkà ¬! öqs9ur #n?tã öNä3Å¡àÿRr& Írr& ÈûøïyÏ9ºuqø9$# tûüÎ/tø%F{$#ur 4 bÎ) ïÆä3t $ÏYxî ÷rr& #ZÉ)sù ª!$$sù 4n<÷rr& $yJÍkÍ5 ( xsù (#qãèÎ7Fs? #uqolù;$# br& (#qä9Ï÷ès? 4 bÎ)ur (#ÿ¼âqù=s? ÷rr& (#qàÊÌ÷èè? ¨bÎ*sù ©!$# tb%x. $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? #ZÎ6yz ÇÊÌÎÈ
Artinya :
Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan (Q.S. an-Nisa : 135)
Islam menyeru untuk berlaku adil sekalipun diantara kita sedang terjadi permusuhan. Allah swt. berfirman dalam surat al-Maidah ayat 8 :
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( wur öNà6¨ZtBÌôft ãb$t«oYx© BQöqs% #n?tã wr& (#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd Ü>tø%r& 3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 cÎ) ©!$# 7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya :
Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. al-Maidah ayat 8)
Adil
disejajarkan dengan perbuatan kebajikan, karena adil sendiri adalah memberikan
hak kepada yang punya. Sehingga orang yang diberikan hak merasa senang dan
bahagia. Allah swt. berfirman dalam Q.S. an-Nahl (16) ayat 90 :
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Artinya :
Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (Q.S.
an-Nahl : 90)
Prof.Quraisy
Shihab menguraikan tentang makna keadilan dalam bukunya Wawasan Al-Quran hal.
114-116, paling tidak ada empat pengertian adil yang dikemukakan oleh para
ulama, yaitu ;
1. Adil dalam arti “sama”
Dalam arti memperlakukan sama terhadap
orang-orang, tidak membedakan hak-haknya. Firman Allah dari Q.S. an-Nisa (4)
ayat 58 berikut :
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br& (#rxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $KÏèÏR /ä3ÝàÏèt ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿx #ZÅÁt/ ÇÎÑÈ
Artinya :
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat. (Q.S. an-Nisa : 58)
Perhatikan
contoh keadilan yang dipraktekkan oleh Ali bin Abi Thalib berikut, pernah suatu
hari terjadi sengketa diantara Ali bin Abi Thalib dengan seorang Yahudi, yaitu
suatu sengketa yang sampai juga ke meja hijau (majlis hukum) dibawah pimpinan
Umar bin Khattab guna mendapatkan penyelesaian. Setelah kedua pihak sama-sama
datang menghadap Umar, maka berkatalah Umar kepada Ali : “ Ya Abal Hasan,
berdirilah berdekatan dengan lawanmu”. Seusai Umar memberikan keputusannya,
Umar melihat bahwa diwajah Ali terdapat tanda-tanda kedukaan, maka ujarnya : “
Wahai Ali, mengapa saya lihat anda agak susah ?”. Ali menjawab : “Sebab anda
tidak mempersamakan antara saya dan lawan saya, anda memanggil saya dengan
sebutan kehormatanku “Abal Hasan “, sedang anda memanggil Yahudi dengan namanya
yang biasa”.
Pernahkah anda
saksikan suatu tindak keadilan yang mencapai jangkauan setinggi itu ? Apa yang
dipraktekkan oleh khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib itu adalah
cermin keadilan didalam Islam. Karena Islam menyeru kepada umatnya untuk
berlaku adil, Islam melarang keras untuk berlaku sebaliknya.
Imam Ibnu
Taimiyah berkata : “ Bahwasanya Allah akan menolong penguasa atau pemerintah
yang adil sekalipun dia pemerintah kafir, dan Allah tidak akan menolong
penguasa pemerintah yang zalim kendatipun dia itu Islam “. Allah swt. berfirman
dalam surat al-Hud ayat 117 :
$tBur tb%2 /u Ï=ôgãÏ9 3tà)ø9$# 8Nù=ÝàÎ/ $ygè=÷dr&ur cqßsÎ=óÁãB ÇÊÊÐÈ
Artinya :
Dan Tuhanmu
sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang
penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.(Q.S. al-Hud :117)
2. Adil dalam arti “seimbang”
Keseimbangan
sangat diperlukan dalam suatu kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian
yang bekerja menuju satu tujuan tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian
itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya.
Firman Allah dalam surat al-Infithar (82) ayat 6-7 berikut ;
$pkr'¯»t ß`»|¡RM}$# $tB x8¡xî y7În/tÎ/ ÉOÌx6ø9$# ÇÏÈ
Ï%©!$# y7s)n=yz y71§q|¡sù y7s9yyèsù ÇÐÈ
Artinya :
Hai manusia,
Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang
Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (Q.S. al Infithar :6-7)
Kata عدل dalam
ayat tersebut berarti seimbang. Tubuh manusia akan normal selama bagian-bagian
tubuh itu semua bekerja atau berfungsi sesuai tujuan kehadirannya.
Contoh lainnya
terdapat dalam firman Allah Q.S. al-Mulk (67) ayat 3 berikut ;
Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù u|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ
Artinya :
Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S. al-Mulk
:3)
Alam
semesta akan bertahan selama bagian-bagian dari ekosistem yang ditetapkan Allah
swt. bekerja dengan seimbang.
3. Adil dalam
arti “Perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada
setiap pemiliknya”.
Pengertian
inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau
“memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawannya adalah
kezaliman dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian ini melahirkan keadilan
sosial.
4. Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi.
Adil disini
artinya memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah
kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan
untuk itu”. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikanNya. Keadilannya
mengandung konsekwensi bahwa rahmat Allah swt. tidak tertahan untuk diperoleh,
sejauh makhluk itu dapat meraihnya.
B. Ridha
Ridha (رِضَى )
menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dalam kehidupan ini
seseorang harus mampu menampilkan sikap ridha minimal dalam empat hal:
a. Ridha terhadap perintah dan larangan
Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan
Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat
syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan
syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98) ayat 8 :
ôMèdät!#ty_ yZÏã öNÍkÍh5u àM»¨Zy_ 5bôtã ÌøgrB `ÏB $uhÏGøtrB ã»pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkÏù #Yt/r& ( zÓÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºs ô`yJÏ9 zÓÅ´yz ¼çm/u ÇÑÈ
Artinya :
Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika
kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap kita.
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
Mari
kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib
r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau
tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua
orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam
haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah
swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan
barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku
atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap
utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu
ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar
adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan
antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima
taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab
didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq
bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat
kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada
Allah.
Dalam suatu
kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah
swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga
ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi
daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi
apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
c. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua
merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan
Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31)
ayat 14 ;
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya :
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan
Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan
murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d. Ridha terhadap peraturan dan
undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan
bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial.
Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# 4 y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur ¸xÍrù's? ÇÎÒÈ
Artinya :
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri
artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan
pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam
ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap
peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
C. Amal Saleh
Amal
Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal
positif secara kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal saleh diartikan
sebuah proses yang baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik.
Memperbanyak
amal saleh berarti banyak jalan/cara yang baik (halal) untuk memperoleh sesuatu
yang baik. Misalnya si Adnan rajin belajar dengan menciptakan cara-cara
(berbagai cara) belajar yang kreatif, hasilnya dia memperoleh nilai maksimal
dalam ujiannya. Rajin belajar dengan berbagai cara kreatif adalah amal saleh.
Ukuran kesalehan adalah berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. yang
prinsipnya antara lain sebagai berikut:
1) Niat yang tulus
Dalam Islam,
niat adalah salah satu faktor penentu apakah amal sesorang dikatakan shaleh
atau bukan. Sebelum seseorang berbuat hendaklah luruskan dulu niat dan
tujuannya , yaitu hanya semata-mata mencari ridha Allah. Sebagai contoh,
menyapu kelas yang kotor adalah amal shaleh, tetapi jika dilakukan terpaksa
atau karena ingin dipuji oleh guru, maka pertbuatan tersebut tidak termasuk
amal shaleh karena tidak punya nilai di hadapan Allah.
2) Ada manfa’atnya
Artinya
perbuatan yang hendak dilakukan benar-benar bermanfa’at baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain; Baik untuk di dunia ataupun untuk di akhirat. Islam
mengajarkan bahwa perbuatan yang tak mengandung manfa’at tidak boleh dilakukan,
karena termasuk perbuatan sia-sia (tabzir)
3) Prosesnya benar
Perbuatan
dipandang benar atau termasuk amal shaleh apabila prosesnya tidak bertentangan
dengan norma-norma agama dan akhlaq mulia. Sebagai contoh, seseorang berjualan
atau dagang dengan tujuan untuk mencari rizki agar bisa menafkahi keluarganya,
tetapi dengan cara-cara yang tidak halal, misalnya dengan cara menipu atau
mengurangi timbangan dan sebagainya. Maka perbuatan dagang tersebut menjadi
tercela, tidak termasuk amal shaleh.
1. Bentuk-bentuk amal saleh
Saleh secara
ilahiyah dan saleh secara sosial. Kesalehan haruslah memiliki dua dimensi
sekaligus. Jika dimata Allah dianggap saleh, maka dimata manusiapun haruslah
mendapatkan pengakuan yang sama. Karena kesalehan dihadapan Allah haruslah
diperoleh manfaatnya oleh masyarakat manusia sekitarnya. Perhatikan hadis
berikut yang artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berkata yang baik-baik, kalau ia tidak sanggup melakukannya,
hendaklah ia diam”.
Sabdanya lagi :
Sabdanya lagi :
“Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya”.
Sabdanya lagi :
“Barang siapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormat tamunya”.
Sabdanya lagi :
“Iman itu ada 70
cabang, dan malu termasuk cabang iman”.
Dari hadis-hadis tersebut, bahwa buah
dari keimanan kepada Allah dan hari akhir adalah kesalehan sosial.
2. Cara memelihara kesalehan, adalah
bergaul dengan orang-orang yang saleh
Perhatikan kisah-kisah berikut !
Suatu hari,
Syafiq al-Balkhi (seorang dokter ahli jiwa) berkata kepada muridnya Hatim al-Asham.”Apa
yang kau pelajari selama tinggal bersamaku (30 tahun). Hatim al-Asham menjawab,
ada enam perkara yang dapat kuambil :
Pertama, Aku
melihat orang-orang selalu ragu dalam mensikapi masalah ketentuan rizki. Tidak
satupun dari mereka kecuali bersikap kikir terhadap harta yang dimilikinya, dan
tamak dalam memperolehnya. Namun aku bertawakal kepada Allah karena firmanNya
dalam Q.S. Hud (11) ayat 6 yang artinya “Dan tidak ada satu binatang melatapun
di bumi ini melainkan Allahlah yang menjamin rizkinya”. Oleh karena aku
termasuk binatang melata, maka hatiku tidak merisaukan sesuatu yang sudah
dijamin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuat”. Sang guru baru berkata,
“Bagus”.
Kedua, Aku
melihat setiap orang mempunyai teman untuk mencurahkan rahasia dan mengadukan
permasalahannya kepadanya, namun teman mereka itu tidak dapat menyimpan rahasia
dan tidak mau saling menolong. Maka aku menjadikan amal salehku sebagai teman,
supaya dapat menolongku saat hari perhitungan (hisab), meneguhkan diriku dihadapan
Allah dan menemaniku saat meniti shirat. Sang guru berkata : “Bagus”.
Ketiga, Aku
melihat setiap orang mempunyai musuh dan saat kucermati diriku, ternyata
musuhku bukanlah orang yang menggunjingku. Tidak pula orang yang menzalimiku
dan menyakitiku, tetapi musuhku adalah orang yang ketika aku sedang taat kepada
Allah ia menggodaku dengan perbuatan maksiatnya. Aku melihat bahwa yang berbuat
demikian itu adalah iblis, jiwa dunia dan hawa nafsu. Aku menjadikan semua itu
sebagai musuh, aku menjaga diri dari mereka dan aku mempersiapkan diri Juntuk
memerangi mereka. Aku tidak akan membiarkan salah satupun dari mereka
mendekatiku. Sang guru berkata : “Bagus”.
Keempat, Aku
melihat bahwa setiap makhluk hidup senantiasa dibuntuti. Dan yang membuntuti
adalah malaikat maut. Maka aku mempersiapkan diriku untuk menemuinya hingga
bila dia datang, aku pergi bersamanya tanpa halangan. Sang guru berkata :
“Bagus”.
Kelima, Aku
melihat orang-orang saling mencinta dan membenci dan aku melihat orang mencintai
tidak memiliki sesuatu untuk kekasihnya. Aku merenungkan sebab percintaan dan
kebencian mereka, maka aku tahu penyebabnya adalah fisik (jasad). Aku menafikan
(sebab fisik) dengan menafikan hubungan-hubungan antar jiwa dan jasadku, yaitu
hubungan syahwat. Maka aku mencintai semua orang, aku tidak merelakan sesuatu
atas mereka kecuali apa yang aku ridhai untuk diriku. Sang guru berkata :
“Bagus”.
Keenam, Aku
melihat bahwa setiap orang akan meninggalkan tempat tinggalnya dan nasib setiap
orang akan kembali ke liang kubur. Maka aku mempersiapkan semua amal perbuatan
yang mampu kulakukan dan yang akan membahagiakanku ditempat yang baru itu, yang
tidak ada satupun dibaliknya, kecuali surga dan neraka.
Sang guru
Syafiq al-Balkhi menimpali :”cukup dan laksanakanlah enam perkara itu sampai
mati”.
Dari kisah
tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalehan akan terpelihara dengan baik apabila
kita bergaul dengan orang-orang saleh juga.
3. Amal saleh dapat menolong saat
kesulitan
Amal-amal
saleh ternyata dapat menolong si pemiliknya dalam kesulitan, sebagaimana
dikisahkan oleh rasulullah berikut !
“Ada
tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga malam
menjelang. Merekapun bermalam di sebuah gua. Ketika mereka masuk di bagian
dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas bukit dan menyumbat mulut
gua. Mereka berkata kepada diri mereka masing-masing. Tidak akan bisa
menyelamatkan diri, kecuali bila memohon kepada Allah dengan perbuatan saleh
pernah dilakukan”.
Seorang
dari mereka berdo’a : “Ya Allah hamba dulu mempunyai bapak dan ibu yang sudah
tua renta. Hamba senantiasa memberi minum kedua orang tua hamba sebelum memberi
minum keluarga dan anak-anak hamba. Pada suatu hari karena pekerjaan hamba mencari
kayu membuat hamba pergi terlampau jauh hingga tidak bisa pulang dan merekapun
tertidur menunggu kedatangan hamba.
Sampai di
rumah hamba langsung memerah susu untuk keduanya, tapi mereka sudah pulas.
Hamba merasa segan untuk membangunkan mereka dan hambapun tidak mau memberi
minum keluarga dan anak-anak hamba sebelum mereka minum terlebih dahulu. Maka
hambapun memutuskan untuk tetap menunggu dengan periuk di tangan hingga fajar
mulai menerangi dan anak-anak hamba merintih kelaparan, merajuk di kaki hamba.
Tak lama kedua orang tua hamba bangun dan mereka bisa minum minuman yang telah
hamba sediakan. “Ya Allah, Jika menurutMu hamba melakukan hal itu demi mendapat
keridhaanMu, maka lepaskanlah kami dari musibah batu yang menimpa kami”. Dan
tiba-tiba batu penyumbat mulut gua itu bergeser, tetapi belum cukup untuk bisa
keluar.
Salah seorang
dari mereka memohon lagi : Hamba dulu mempunyai saudara sepupu perempuan dan
dia adalah orang yang paling hamba cintai. Hamba terus berusaha membujuknya, namun
ia menolak hasrat cinta hamba. Hingga akhirnya datang musim kemarau yang
panjang, iapun datang menemui hamba, hamba memberinya 120 dinar dengan syarat
ia mau melayani keinginan hamba, maka ia menyanggupinya. Ketika hamba hendak
menjamahnya, ia berkata, “takutlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan
cincin ini kecuali sesuai haknya”.
Mendengar
kata-kata itu hambapun pergi meninggalkannya, dan dia tetap orang yang paling
hamba cintai. Hamba tinggalkan emas yang telah hamba berikan padanya. Ya Allah
jika hamba melakukan perbuatan itu karena mengharap keridhaanMu, maka
lepaskanlah kami dari apa yang menimpa kami. Seketika itu batu mulai terkuak
lagi namun belum cukup untuk keluar dari gua itu.
Lelaki ketiga
ganti memohon, “Ya Allah, hamba dulu sering menyewa pekerja dan senantiasa
memberikan mereka upah, kecuali seorang dari mereka pergi, tidak memberitahukan
kemana perginya. Hambapun memutuskan untuk menginvestasikan upah orang itu
hingga berkembang menjadi banyak. Suatu ketika si pekerja itu datang kepada
hamba dan berkata, “Wahai hamba Allah, berikan padaku upah kerjaku”. Hamba
berkata kepadanya, “Semua yang kamu lihat, unta, sapi, kambing dan budak-budak
ini adalah upah kerjamu. Orang itu berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah
bergurau denganku”. Hamba menjawab, “Aku tidak bergurau”. Maka orang itu
mengambil semua hartanya dan tidak menyisakan sedikitpun dari harta itu. “Ya
Allah, jika hamba melakukan semua itu demi mengharap ridhaMu, maka lepaskanlah
kami dari musibah yang menimpa kami”. Maka terbukalah batu yang menyumbat mulut
gua itu, dan mereka bertiga keluar dari gua dengan selamat. (H.R.Al-Bukhari dan
Muslim).
Melihat
kisah tersebut maka perbanyaklah sadaqah dan amal saleh karena sadaqahdan amal
saleh bisa menjadi tolak balak dan akan menjadi penolong dari kesulitan dalam
kehidupan.
D. KESIMPULAN
Adil adalah memberikan hak kepada orang
yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan
pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang
benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja.
Makna Keadilan menurut Prof.Quraisy Shihab:
1. Adil dalam arti “sama”
2. Adil dalam arti “seimbang”
3. Adil dalam arti “Perhatian terhadap hak-hak
individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya”.
4. Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi.
Ridha (رِضَى ) menurut kamus
al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dalam kehidupan ini seseorang harus
mampu menampilkan sikap ridha minimal dalam empat hal:
a. Ridha terhadap perintah dan larangan
Allah
b. Ridha terhadap taqdir Allah.
c.
Ridha terhadap perintah orang tua.
d. Ridha terhadap peraturan dan
undang-undang negara
Amal
Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya melakukan hal-hal
positif secara kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar